BLANTERORBITv102

MEMINIMALKAN DAN MENGOLAH SAMPAH MAKANAN

Tuesday, May 25, 2021

 "Maeme kudu dientekno nggeh Ngger, yen ora mengko pitike mati" (Makannya harus dihabiskan ya Nak, kalau tidak nanti ayamnya mati)

Pernah dengar kata-kata itu? saya termasuk generasi yang sering mendengar perkataan itu sewaktu kecil. Mungkin bahkan semua teman-teman dan saudara saya juga mendengar hal serupa. Kata-kata itu biasanya disounding oleh ibu saat memberi makan saya dan adik-adik. Kalau dipikir-pikir absurd banget ya. Mana ada hubungan antara makan tidak habis dengan ayam mati. Justru kalau makanan kita tidak habis kan bisa diberikan ke ayam dan ayamnya bertahan hidup karena dapat makan. Tapi ya begitulah orang tua zaman dulu. Memberikan sebuh nasihat dengan sesuatu yang mudah dicerna anak-anak.

zero food waste




Itu adalah salah satu cara yang biasa dilakukan orang tua di Jawa agar anak-anak tidak membuang-buang makanan. Memberi tauladan bagaimana memilih, mengambil, lalu menghabiskan makanan hingga tandas tak bersisa. Kadang sebagai anak-anak saat melihat makanan enak, misalnya saat Lebaran atau ada hajatan pasti pingin ambil ini itu. Kata-kata tersebut akan diingat oleh anak secara otomatis karena sudah masuk ke alam bawah sadar mereka. Saya pun juga merasakan dampak kata-kata remeh itu di kehidupan saya. Tidak mengambil makanan berlebih dan selalu menghabiskan makanan hingga bersih tak bersisa.

Menginjak remaja, daya berpikir saya pun berkembang. Saya pun akhirnya tahu petuah yang ibu berikan itu hanyalah kata-kata ngawur. Jujur dulu saya memang agak takut dengan kata-kata tersebut karena kami memelihara beberapa ekor ayam di belakang rumah. Sayang sekali kalau ayamnya harus mati hanya karena kecerobohan saya tidak menghabiskan makanan. Di pesantren saya memahami bahwa Rasulullah SAW juga sangat menjunjung tinggi kebiasaan tidak menghamburkan makanan. Dalam sebuah hadist beliau mengatakan untuk menghabiskan makanan tanpa sisa sedikitpun meski hanya sebutir nasi, bahkan disunahkan untuk menjilat jari-jari setelah makan. 

Saya pun sedikit miris melihat tradisi food waste yang dilakukan masyarakat Indonesia. Contoh nyata saat ada hajatan. Di desa ketika kita bertandang pada salah satu hajatan pasti akan disuguhi makanan yang sudah di-served satu orang satu piring. Nah yang jadi masalah adalah di Indonesia ini ada anggapan bahwa jika disuguhi makanan kemudian dihabiskan adalah sebuah ketidaksopanan. Jadi banyak yang justru menyisakan makanannya sedikit agar tidak dibilang rakus. Padahal membuang makanan justru sesuatu yang salah dan mubadzir. Akibatnya sampah makanan menumpuk di bagian dapur belakang. Sampah makanan itu tidak hanya sedikit. Bayangkan jika undangannya lebih dari 200 orang dan semuanya menyisakan makanan. Sisa makanan itu saja bisa untuk memberi makan berpuluh keluarga selama beberapa hari. Sayang sekali.

Di laman Bandung Food Smart City disebutkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-2 di dunia dalam hal sampah makanan. Ironi sekali, padahal di beberapa daerah banyak masyarakat yang kekurangan makanan sehat tapi di tempat lain justru membuang-buang makanan. Setiap tahun Indonesia menyumbang hingga 13 ton sampah makanan. Bayangkan jika makanan itu kita kirimkan untuk membantu warga Palestina yang kekurangan makanan. Mereka akan sangat senang menerimanya, sayangnya itu hanya menjadi sampah tidak berguna. Saya pernah membaca di sebuah buku ketika orang Indonesia berwisata ke Jerman dan masuk ke sebuah restoran mereka pesan banyak sekali makanan karena ingin mencicipi semua hidangan di sana. Ketika mereka melihat native yang hanya pesan satu piring saja, malah mencibir dan dibilang pelit. Mereka baru tahu rasa ketika pramusaji mengharuskan mereka menghabiskan seluruh makanan yang dipesan atau mereka akan memanggil polisi karena mereka melanggar peraturan untuk tidak membuang-buang makanan.

Kalau mau sedikit saya berusaha, sampah makanan yang melimpah itu bisa diminimalkan. Apalagi saat ini isu lingkungan sedang gencar-gencarnya digalakkan. Semua yang berbau green menjadi trending dan diupayakan di seluruh dunia untuk mencegah kerusakan lingkungan yang lebih parah lagi. Tentu saja semua isu tersebut tidak akan bisa diatasi jika masing-masing individu tidak care. Termasuk pada sampah makanan, pengurangan sampah ini bisa dimulai dari diri sendiri. 

Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi sampah makanan

  • Buat daftar keperluan belanja
Bagi ibu rumah tangga seperti saya, punya bekal pintar mengelola keuangan dan keperluan rumah tangga bisa menjadi sesuatu yang sangat penting. Apalagi ibu yang juga bekerja, pasti sangat terbantu sekali. Untung saja di tempat kerja saya ada ibu-ibu penjual bahan makanan yang datang setiap hari jadi tidak perlu keluar untuk memenuhi kebutuhan belanja lauk pauk harian. Karena itu saya terbiasa belanja untuk satu hari saja. Besok mau ikan apa, sayur apa ya itu yang saya beli untuk dimasak esok hari. Lebih praktis karena tidak menyisakan bahan makanan dalam kulkas. 

Namun bagi yang terbiasa belanja untuk satu minggu berarti harus bisa menghitung dan berkreasi kebutuhan untuk satu minggu tersebut. Paling mudah buat saja daftar kebutuhan belanja untuk satu minggu dan belanja hanya yang ada pada daftar itu. Selain efektif juga mencegah ibu-ibu yang biasanya suka lirik sana sini dan beli apa saja yang terlihat mata. Dijamin daftar belanja bisa meminimalkan menumpuknya bahan makanan dalam kulkas dan berubah menjadi sisa bahan makanan yang tidak terpakai karena sudah tidak layak konsumsi.
  • Cerdas menyimpan bahan makanan
Sudah tahu kan kalau bahan makanan memiliki masa simpan sendiri-sendiri meski kita letakkan dalam kulkas. Nah sebaiknya kita harus mengerti seberapa lama sebuah makanan bisa disimpan dan layak konsumsi. Tidak mau kan kalau nanti kita atau anak-anak kita mengkonsumsi makanan yang kita simpan dalam kulkas padahal makanan itu sudah kadaluarsa. Makanan yang sudah tidak layak konsumsi bisa menyebabkan berbagai efek tidak baik bagi kesehatan. Jadi kita harus jeli mengelompokkan bahan makanan sesuai dengan masa simpannya. Agar nanti bahan makanan bisa diolah secara maksimal dan tidak menjadi sampah makanan.
  • Pintar mengelola bahan makanan
Maksudnya kita harus jeli mengelola bahan makanan. Bagian mana saja yang bisa digunakan pada bahan makanan tersebut. Jangan sampai menyisakan terlalu banyak bahan masakan sehingga menciptakan sampah baru. Misalnya saja jagung manis, biasanya yang digunakan hanya biji jagungnya untuk dibuat bakwan atau yang lain. Nah bonggolnya ini jangan langsung dibuang ya, bisa kita jemur sampai kering lalu dikumpulkan. Jika sudah banyak bisa kita gunakan untuk membakar ikan atau udang. Atau kita jual jika sudah banyak. Kalau saya biasanya saya ikutkan giling untuk tambahan makanan ternak.
  • Masak sesuai kebutuhan
Memasak sesuai kebutuhan harian di rumah memang butuh pembiasaan. Saya biasanya memang hanya memasak sedikit saja terlebih saat si bapak kerja pagi. Beras hanya memasak 2 cangkir saja, itu pun kadang masih sisa sedikit. Lalu untuk lauk juga secukupnya saja. Pengalaman dari ibu, ibu saya termasuk yang suka masak dalam jumlah besar, ujung-ujungnya ya dibuang. Setiap kali saya ingatkan beliau selalu bilang untuk njagani kalau ada anak-anaknya yang pulang. Hmmm

Nah membiasakan memasak seperlunya saja juga salah satu bentuk usaha untuk mengurangi sampah makanan dan menghemat bahan makanan.
  • Kreatif mengolah sisa makanan
Jika terjadi sisa makanan meski sudah memasak secukupnya berarti sebagai ibu kita dituntut untuk kreatif mengolah sisa makanan tersebut agar masih bisa dikonsumsi kembali esok. Misalnya saja ikan goreng, kalau tidak habis bisa diolah kembali misalnya dijadikan olahan kare ikan, atau bali ikan, atau mangut ikan. Selain tidak menimbulkan kebosanan juga sekaligus meminimalkan food waste.
  • Jangan lupa berbagi dengan sesama
Seperti yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad, mari kita jadikan berbagi sebagai gaya hidup. Ketika kita tahu bahwa stok makanan yang kita punya berlebih. Misal saja dapat hantaran dari tetangga, apalagi di bulan Syawal ini banyak sekali yang punya gawe hajatan. Pati banyak hantaran makanan yang datang. Nah saat kita tahu bahwa makanan tersebut tidak akan habis, maka saat itu juga bagikan makanan tersebut bisa pada keluarga dekat atau tetangga. Yang penting makanan itu tidak terbuang mubadzir. Jangan menunggu sampai besok ya, siapa sih yang mau dikasih makanan basi. Jadi saat mengerti kalau stok makanan tidak akan bisa habis hari itu langsung bagikan.

mengurangi sampah makanan



Cara di atas adalah langkah untuk meminimalkan bahan makanan memjadi sampah makanan. Bagaimana jika sudah terlanjur menjadi sampah makanan? berikut ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengolah sampah makanan menjadi sesuatu yang bisa digunakan dan tidak terbuang.

Cara mengolah sampah makanan

  • Pelihara ternak
Ini kalau saya bilang sih sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Kalau punya lahan lumayan bisa memelihara sedikit unggas seperti ayam atau bebek. Hewan ini bermanfaat sekali jika kita punya sisa makanan. Bisa dijadikan pakan ternak tersebut. Saya sendiri berinisiatif memelihara beberapa ayam dan bebek di belakang rumah. Efektif sekali saat ada sisa makanan yang sudah tidak layak saya bagi biasanya saya lemparkan ke mereka sebagai pakan. Selain memupus dilema membuang makanan juga sekaligus dapat keuntungan dari telur dan daging ayam atau bebek tersebut. 

Nah telurnya biasa saya konsumsi sendiri atau saya jual jika berlebih. Asyik kan selain memanfaatkan sisa makanan juga bisa dapat uang.

telur unggas
Telur hasil memelihara ternak


  • Awetkan dengan mengeringkan
Salah satu cara yang dilakukan nenek moyang kita untuk mengawetkan makanan adalah dengan mengeringkan. Misalnya saja seharian banyak hantaran dari tetangga karena ada hajatan jadi nasi banyak sekali sisa. Bisa kita siasati dengan menjemurnya di terik matahari agar kering dan menjadi karak. Karak ini bisa dimanfaatkan kembali, misalnya dimasak dengan cara dikukus dan diberi parutan kelapa. Rasanya enak gurih, tapi ini hanya untuk karak dari nasi yang masih baik ya bukan yang sudah basi. Atau bisa juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak, kalaupun tidak punya ternak hasil karak ini bisa dikumpulkan dan dijual ke peternak. Lumayan sebagai tambahan uang jajan.

karak
Proses pengeringan nasi sisa


  • Lakukan fermentasi
Untuk sisa bahan makanan selain nasi, misalnya sayuran atau lauk. Biasanya saya fermentasikan untuk nanti diberikan ke ternak. Biang fermentasinya juga bikin sendiri dari yakult 1 botol dicampur dengan 10 liter air dan 5 sendok gula. Simpan beberapa hari smapai biang jadi. Lalu sisa makanan tadi tinggal dicampur dengan larutan biang sedikit dan tutup dalam wadah kedap udara. Biarkan 3-4 hari sudah siap digunakan sebagai pakan ternak atau pupuk tanaman. Biasanya selain hasil fermentasi sisa makanan juga sekaligus saya campur dengan dedak atau bekatul yang untuk makan ternak. Hasilnya ayam dan bebek saya jadi rajin bertelur.

pakan ternak
Fermentasi bekatul dan sampah makanan untuk pakan ternak


  • Buat sebagai kompos
Saat cara-cara di atas sudah tidak bisa dilakukan, ada satu cara terakhir yang biasa saya lakukan untuk mengolah sampah makanan, yaitu dengan menjadikannya kompos (composting) atau menimbunnya dalam tanah. Cara ini bisa berguna untuk menyuburkan tanah juga. Nantinya tanah hasil kompos tersebut bisa kita tanami sayuran untuk keperluan sendiri.

mengolah sampah makanan



Memang untuk mengurangi sampah makanan menjadi sesuatu yang sulit jika tidak terbiasa. Apalagi jika hidup di kota dengan lahan terbatas. Biasanya sisa makanan hanya akan menjadi sampah yang dibuang tanpa digunakan lagi. Memulai dari diri sendiri dan keluarga terdekat bisa dijadikan sebuah jalan menuju Indonesia bebas sampah makanan. Mulai dari membiasakan gaya hidup minim sampah makanan dengan cara  memasak dan makan seperlunya sehingga tidak bersisa. Selalu menghabiskan makanan dan tidak membuang percuma. Serta mampu mengolah jika ada sisa makanan agar tidak terbuang sia-sia.

Ketika keluarga sudah mampu menerapkan zero food waste maka tidak akan menjadi sesuatu yang mustahil jika nantinya Indonesia akan mampu menjadi negara dengan tingkat sampah makanan rendah dan bahkan zero waste food. Semoga.


#foodwaste
#bandungfoodsmartcity
#ambilmakanhabiskan








 


Author

Marwita Oktaviana

Blogger, Book lover, Writing Enthusiast, A friend of a many students