BLANTERORBITv102

PUISI UNTUK PAHLAWAN

Thursday, November 17, 2022

 


Pagi ini agak riber karena harus nyiapin anak cowok saya untuk berdandan tema pejuang. Maklum hari ini 10 November diperingati sebagai hari pahlawan. Beberapa sekolah mewajibkan anak-anak didiknya untuk memakai kostum dengan tema pahlawan atau pejuang.

Nah karena anak saya itu paling males ribet, kostum tentara yang sudah susah payah saya carikan pinjaman tidak mau dipakai. Dan memilih untuk memakai kaos putih polos, celana pramuka, sama hasduk yang diikat di kepala.

Kegiatan yang dilakukan hari itu adalah upacara bendera menyambut hari pahlawan, meski di sekolah saya malah tidak diadakan karena katanya tidak ada instruksi langsung dari pusat, hadeh. Padahal mengenalkan para pahlawan dan jasa-jasanya pada generasi muda itu penting sekali. Bukankah bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menghargai jasa pahlawannya?

Kalau generasi muda sudah tidak mengenal siapa-siapa saja pahlawan Indonesia, lantas apa mungkin nanti bangsa kita akan tetap bertahan?

Saya juga nggak habis pikir. Padahal di sekolah anak saya meriah seklai acaranya. Selesai upacara ada pertunjukan parade paskibra dan drama kolosal. Dilanjutkan dengan latihan memainkan angklung untuk beberapa lagu nasional.

Harusnya memang seperti itu. Jasa pahlawan tidak boleh dilupakan dan tetap dikenang, terpatri pada tiap-tiap anak bangsa. Agar nilai-nilai kepahlawanan itu tidak luntur dan tetap terjaga.

Saya jadi ingat waktu perayaan hari kartini tanggal 21 April yang lalu, anak saya memenangkan lomba menggambar, meski juara kedua. Awalnya saya kaget juga, karena menurut saya gambarnya jelek dan aneh, kok bisa menang.

Ternyata setelah saya lihat hasil gambarnya, lumayan. Dan mungkin menang karena idenya yang unusual. Dia menggambar frame ketika arek-arek Suroboyo dengan heroik merobek bendera Belanda yang dikibarkan di atas Hotel Yamato.

hotel yamato

Para penjajah itu seperti mengejek rakyat Indonesia dengan terang-terangan. Padahal tanggal 17Agustus 1945, hanya terpaut beberapa bulan sebelumnya, Indonesia baru saja memproklamirkan kemerdekaannya.

Untungnya kita punya Bung Tomo yang mampu menggerakkan dan memompa semangat arek-arek Suroboyo dengan pidato-pidatonya yang penuh semangat. Akhirnya perang tersebut mampu dimenangkan oleh anak-anak bangsa Indonesia.

Dengan jasa para pahlawan itu kita bisa merdeka, menikmati kemerdekaan dengan baik. Hidup dengan nyaman dan bisa menjalani hari-hari tanpa ada kekangan. Masa ia kita mau melupakan jasa mereka yang sangat besar tersebut dengan melalaikan peringatan hari pahlawan. 

Saya jadi ikut mikir apa yang bisa saya lakukan untuk sedikit menghargai dan mengingat jasa para pahlawan itu? apa cukup hanya dengan berjuang di bidang yang saya geluti saat ini, atau ada hal lain yang bisa saya lakukan alih-alih hanya diam?

Membuat memoar aau biografi dari para pahlawan pasti butuh effort yang gede, dan waktu yang cukup lama. Sepertinya susah buat saya. Jadi saya tulis puisi berikut untuk pahlawan-pahlawan yang telah dengan ikhlas berjuang demi kemerdekaan Indonesia.

KEPADA SEJARAH AKU BERTANYA

Kepada sejarah aku ingin bertanya
Apa kiranya nurani telah terbeli
Pada selembar gemah ripah loh jinawi

Bukankah mereka sama, sama manusia
Tapi luluh, lantak pada semerbak khatulistiwa
Lalu serakah menaiki tahta di balik nyata asusila
Kita, bangsa pemilik dipaksa runtuh melalaikan utuh tubuh

Sekutu-sekutu itu mengangkangi laku,
Kita telah merdeka, berbulan lalu, tapi
Tiga warna di atas tiang-tiang, mengolok-olok rupawan
Tidak, sekali-kali tidak!
Sekali merdeka, tetap merdeka!

Jangan lagi harap kau tumpahkan ruah
Di atas tanah yang kau jaminkan milikmu, padahal tidak
Indonesia adalah milik kami, jangan kau kebiri
Lihat, anak bangsa bergeming, semangat tidak menggelinding
Biar kau bawa senapan-senapanmu
Kami tunduk pada seraut doa bernama bambu runcing tanpa cela

Matilah biru di dalam tiga warna itu
Kami tidak kenali, hanya merah putih, hanya merah putih
Kami telah merdeka, maka pergilah, atau mati saja 
Di atas tanah merdeka, darah telah merah menumpahkan marah
Sekutu? bukan, kau hanya pembunuh
Kami tidak butuh
Pergi dari tanah bernama Indonesia, kami telah meniupkan kalah

Terima kasih pahlawanku. Saya yakin nama dan jasamu tak lekang oleh waktu. Kita akan besar, semakin menjadi besar seperti harapanmu pada anak-anak bangsa generasi baru.


Author

Marwita Oktaviana

Blogger, Book lover, Writing Enthusiast, A friend of a many students