"Jika telah menundukkan seluruh Nusantara dibawah kekuasaan Majapahit, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa". --Sumpah Palapa--
Mulai dari sejarah saya mencintai dan bangga dengan Indonesia. Ketika kecil bapak selalu membawakan entah itu majalah-majalah bekas atau koran, atau bacaan apapun yang beliau temukan di kantor yang bisa dibawa pulang. Saya cenderung suka membaca dari kecil sekali. Jadi bapak senang membawakan apa saja yang bisa dibaca untuk saya. Waktu itu kisah tentang Gajah Mada dengan sumpah Palapanya begitu lekat di benak saya hingga saat ini.
Majapahit menjadi negara yang sangat besar di era Hayam Wuruk dengan Gajah Mada sebagai Patih Amangkubhumi. Ketika diangkat sebagai patih itulah sumpah palapa di tasbihkan oleh Gajah Mada di depan khalayak dan raja sebagai janji dan ikhtiar.
Tahun 1350-1389 adalah puncak kejayaan Majapahit sebagai sebuah kerajaan besar. Sumpah yang pernah diucapkan oleh Gajah Mada benar-benar bisa diwujudkan dengan luas wilayah Nusantara mencapai hingga Siam. Yang paling berjasa dalam penaklukan wilayah adalah berkembangnya armada laut di bawah komando Laksamana Nala.
Laksamana Nala adalah desainer kapal-kapal tangguh Jong Majapahit yang berukuran sangat besar untuk masa itu. Mampu menampung hingga 1000 prajurit dengan kapasitas beban dari 250-1000 ton. Jong Majapahit atau Jong Jawa dibuat dari kayu jati yang didapat dari sebuah pulau rahasia. Dengan kapal-kapal besar itulah Majapahit menguasai maritim Nusantara dengan gemilang.
Gabungan kerja sama antara Hayam Wuruk, Gajah Mada, dan Mpu Nala mampu mewujudkan Majapahit sebagai negara maritim terbesar di dunia ketika itu. Jeniusnya Gajah Mada dapat digambarkan dari pandangannya tentang kondisi Nusantara yang dipisahkan dengan laut maka dia membenahi maritim untuk memudahkan cita-citanya.
Adanya jalur rempah Nusantara saat itu juga menambah pundi-pundi kekayaan Majapahit. Dengan 5 armada besar yang menjaga wilayah Nusantara perdagangan rempah dan hasil bumi lain mencapai puncak kejayaan. Kapal-kapal asing yang datang untuk membeli rempah datang dan pergi di pelabuhan-pelabuhan besar Majapahit, seperti Hujung Galuh. Sedangkan kapal-kapal dari Banda dan area sekitar datang membawa pala, lada, dan cengkeh ke Hujung Galuh.
Ketika itu komoditi rempah Nusantara bernilai sangat tinggi dengan harga yang melebihi harga emas. Karena begitu bernilainya rempah-rempah Nusantara hingga pulau Run di kepulauan Banda pernah akan ditukar dengan Pulau Manhattan. Ketika wabah blackdeath melanda Eropa dan membunuh lebih dari setengah penduduk Eropa, rempah-rempah lebih dibutuhkan lagi. Karena mereka yakin bahwa rempah-rempah tersebut bisa menjadi obat bagi wabah blackdeath.
Mengenal Pala Dalam Sumpah Palapa Gajah Mada
Dalam Sumpah Palapa Gajah Mada bersumpah tidak akan makan buah pala sebelum menyatukan Nusantara. Kenapa lantas buah pala yang dijadikan sebuah ikrar? apa sih yang menjadikan pala itu begitu istimewa?
Kalau dipikir-pikir pala kan hanya salah satu rempah yang biasa digunakan untuk bumbu penyedap masakan. Harganya juga murah, kalau di sini biasanya sekitar 500-1000 rupiah per biji. Apalagi pala juga hanya dipakai untuk bumbu-bumbu masakan tertentu. Kenapa Gajah Mada memilih pala sebagai bagian dari sumpahnya?
Pala di masa kerajaan masih menguasai Nusantara, menjadi salah satu komoditi bernilai prestis. Harganya melambung hingga melebihi harga emas. Tentunya ini tak lepas dari begitu langkanya pala itu sendiri. Pada masa itu pala hanya tumbuh secara endemik di kepulauan Banda. tidak ada tempat lain yang bisa menghasilkan buah pala selain di kepulauan Banda tersebut. Di tanah-tanah asing yang jauh seperti di Eropa, rempah-rempah ternyata sangat jitu digunakan sebagai penghangat tubuh saat musim dingin, dan juga sebagai obat-obatan herbal untuk penyakit tertentu.
Jalur tempuh yang sangat jauh dari Banda ke Eropa dengan berkali-kali pindah tangan membuat pala berharga sangat mahal. Waktu itu pedagang Arab mendapat rempah dari pedagang Cina yang mengambil muatan rempah dari Majapahit (biasanya transaksi terjadi di pelabuhan Hujung Galuh) melewati Asia Timur hingga sampai pada para pedagang Venesia yang membawa pala ke Eropa. Mau tahu berapa harga pala saat itu? harga setengah pon pala setara dengan tujuh sapi gemuk. Wahhh mahal sekali ya?
Klasifikasi pala
Pala dengan nama ilmiah Myristica fragrans merupakan tumbuhan endemik pulau Banda, Maluku. Tumbuhan ini termasuk tumbuhan berumah dua yaitu ada pohon jantan dan ada pohon betina. Memiliki bentuk daun elips langsing, buah pala berbentuk lonjong seperti buah pir berwarna kuning. Penduduk Banda menyebut buah ini sebagai buah emas, bukan karena harganya yang setara emas, tapi penyebutan ini memang sangat harafiah. Buah pala akan berwarna kuning keemasan saat separuh usia. Pada masa ini pala belum boleh dipetik, menunggu hingga warna berubah menjadi kuning merekah kemerahan dan fuli (pembungkus biji pala) berwarna merah barulah layak petik.
Buah pala ini bisa dimanfaatkan semua mulai dari daging buah, biji, dan fuli (salut biji). Pohon pala butuh waktu yang cenderung lama dari mulai tanam hingga bisa dipanen. Paling tidak dibutuhkan waktu dari 7 hingga 9 tahun. Kemampuan produksi akan maksimal saat berusia 25 tahun dan mampu mencapai usia ratusan tahun. Pohon pala tidak begitu tinggi, hanya berkisar 20 meter. Biasanya pala ditanam berseling dengan kenari. Tetapi di Banda awalnya pohon pala tumbuh begitu saja bersama dengan pohon-pohon lain di hutan.
Setelah panen, biji pala dipisahkan dari daging buah dan fuli kemudian dijemur untuk mengeringkan bijinya. Butuh waktu dari enam sampai delapan minggu untuk proses ini hingga bagian dalam biji menyusut dan terpisah dari cangkang kerasnya. Akan terdengar berderak jika digoyangkan. Biasanya biji pala bisa dijual masih utuh dengan cangkang atau telah terpisah, dalam bentuk utuh atau telah menjadi bubuk.
Produk pala
Produk utama dari tanaman pala adalah minyak atsiri yang didapat dari penyulingan daging buah, biji pala, dan fuli pala. Minyak atsiri pala mengandung senyawa myristicin. Myristicin biasa digunakan sebagai agen insektisida, penambah rasa pada rokok, chemopreventive (senyawa anti tumor), dan hepatoprotective (senyawa pelindung organ hati). Sayangnya senyawa myristicin ini memberikan efek halusinasi seperti narkotika. Saat ini minyak atsiri pala banyak digunakan sebagai bahan aromaterapi yang bersifat menghilangkan stres.
Selain minyak atsiri, ada produk turunan pala yang juga dimanfaatkan sebagai komoditi ekspor Indonesia. Produk turunan pala berupa daging buah, biji pala, dan fuli pala. Pemanfaatan pala sendiri saat ini lebih banyak dikembangkan agar memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Misalnya saja untuk daging buah pala bisa diolah menjadi manisan, sirop, asinan, permen jeli, daging buah kering, dan paladang.
Kandungan pala
Bagaimana dengan kandungan buah pala? kenapa pala sangat digemari oleh warga asing? berikut saya paparkan kandungan dari buah emas endemik Banda ini. Dalam 100 gram buah pala mengandung zat-zat berikut:
- Kalori = 525 kalori
- Lemak total = 36 gr atau 56% dari angka kebutuhan gizi (AKG) harian.
- Protein = 6 gr atau 12 % dari AKG haria.
- Sodium = 16 miligram atau 1 % dari AKG harian.
- Zat besi = 17% dari AKG harian.
- Kalsium = 18 % dari AKG harian.
- Vitamin A = 2 % dari AKG harian.
- Vitamin C = 5 % dari AKG harian.
Selain mengandung zat di atas, pala juga memiliki beberapa kandungan lain, yaitu: antioksidan, anti inflamasi, anti radang, anti bakteri, dan anti jamur. Karena itu pala banyak digunakan bukan hanya sebagai bahan makanan tetapi juga sebagai obat.
Manfaat pala
Dengan berbagai kandungan yang terdapat pada buah pala, tentu berbanding lurus dengan segudang manfaat. Selain digunakan sebagai bahan rempah untuk bumbu penyedap masakan dan aromaterapi, pala juga memiliki manfaat lain, yaitu:
- Meningkatkan kesehatan otak
- Mengurangi rasa sakit dan nyeri
- Menjaga kesehatan mulut
- Mengatasi masalah pencernaan
- Mengobati insomnia
- Membantu mengeluarkan racun dari tubuh
- Mengendalikan tekanan darah
- Merawat kulit
- Mencegah leukimia
- Menjaga kekuatan tulang
- Menangkal radikal bebas dan anti kanker
- Membantu mengobati hepatitis
Tidak heran dengan manfaat sebanyak itu pala menjadi salah satu komoditas yang diperhitungkan. Ekspor Indonesia untuk pala pada tahun 2018 mencapai 36.242 ton. Diharapkan pada tahun 2021 ini bisa naik mencapai 42.900 ton.
Efek samping pala
Meski pala mengandung berbagai zat penting dan sejuta manfaat, penggunaan pala dalam jumlah yang berlebihan akan menimbulkan beberapa efek samping pada tubuh terkait kandungan myristicin di dalamnya. Menurut Natural Medicines Comprehensive Database terlalu sering mengkonsumsi pala akan menimbulkan efek toksik. Selain itu penggunaan pala yang berlebih juga mengakibatkan halusinasi dan resiko gangguan mental.
Selain efek di atas konsumsi pala yang berlebih juga mengakibatkan gejala seperti mual, mulut kering, pusing dan detak jantung tidak teratur. Karenanya gunakan pala seperlunya saja. Bahkan pada penggunaan sebagai bumbu pala juga hanya dipakai sedikit sekali karena kuatnya aroma dan rasa.
Penggunaan pala pada makanan
Ragam kuliner Indonesia terkenal dengan penggunaan bumbu yang sangat kompleks dan menunjang cita rasa yang kaya. Salah satu bumbu yang biasa digunakan adalah pala. Untuk penggunaan pada masakan biji pala harus diparut atau dihaluskan terlebih dulu. Dalam dunia kuliner, pala berfungsi sebagai pemberi aroma harum dan penguat rasa pada masakan. Pala memiliki rasa cenderung pedas, dan beraroma harum dan manis.
Efek pala juga bisa menghangatkan tubuh seelah dikonsumsi, itu sebabnya dulu orang-orang Eropa menggilai rempah ini sebagai penghangat tubuh saat musim dingin.
Pala juga bisa digunakan untuk menghilangkan bau amis pada daging karena aromanya yang kuat. Di Indonesia ragam kuliner yang menggunakan pala sebagai bahan pelengkapnya antara lain:
- Penyedap roti atau kue
- Puding
- Saus
- Eggnog
- Setup atau wedang pala
- Kopi pala
Dengan sejarah pala yang begitu mengagumkan hingga menjadi salah satu komoditas prestisius di masa lalu, seharusnya kini kita juga sebagai generasi penerus, mampu membesarkan kembali nama pala di kancah dunia. Bukan lagi sebagai komoditas mentah pala tetapi telah dikreasikan dengan baik sebagai produk-produk berkualitas dan memiliki nilai jual yang tinggi.
0 comments