BLANTERORBITv102

KEPADANYA, LELAKI HUJAN

Tuesday, October 8, 2019
Kemarau menyisakan dahan-dahan mati dalam sekelebat airmata yang tertahan di pipi. Tumpukan daun kering menggunung menyisakan murung di hati dirundung. Tanah-tanah retak berderak di bumi yang mengerak. Air sungai menguap hingga tak ada lagi yang menjadi uap. Habis tak bersisa.

Diantara mereka yang melamunkan bagaimana esok bisa mendapatkan air untuk kebutuhan harian, aku melamunkan kapan kaki-kaki hujan yang lancip akan memberiku tangis, bahagia. Dia meminta untukku menunggu hingga mendung berarak membawa hujan turun bersorak. Maka tiap-tiap air yang menguap, tiap-tiap daun yang jatuh gugur demi melindungi kekasihnya, akar pohon, aku tidak melelehkan air mata tapi tawa. Tertawa karena setiap hal yang berlalu itu akan semakin mendekatkanku akan temu.

Aku menunggunya untuk membawakanku aroma yang karenanya menjadi sesuatu yang kusuka. Aroma basah tanah saat kaki-kaki hujan menancap dengan tegap di atas tanah kering berkerak. Harum yang hanya bisa kutemui saat bumi berselimut mendung di bulan-bulan musim hujan. Bulan-bulan akhir tahun.

Sebab itulah aku mencintai Oktober. Karena darinya adalah kusemai rintik hujan yang berubah menjadi genangan menderas. Entah kenapa semesta memilih bulan ke sepuluh itu menjadi gerbang pembuka untuk bersua dengan musim suka cita. Musim penghujan. Musim hari-hari basah.

Kini Oktober sudah datang. Aku tinggal menunggu hitungan hari saja hingga dia datang. Seseorang yang kusebut sebagai lelaki hujan. Dia yang membawaku pergi dari musim kerontang. Menyemaikan bahagia diantara belitan tanah basah di kakiku yang gundah. Dia lelaki yang mengajariku menghitung banyaknya tawa diantara derasnya hujan yang mengguyur tubuhku tanpa ampun. Dia yang memberiku segalanya, termasuk penghambaannya pada pelangi yang muncul saat kami lelah menghukum segala gundah dengan tengadah.

Maka saat ini aku sudah sampai di bibir jurang yang akan membawaku pada hujan. Mengucapkan selamat tinggal pada kemarau yang kian menghilang. Kuteriakkan namanya pada semesta. Aku yakin mereka, semua makhluk yang ada di sana akan menggaungkan suaraku hingga sampai padanya. Waktunya datang telah tiba. Aku tertawa dan kulangkahkan kaki menyeberangi duka.

Author

Marwita Oktaviana

Blogger, Book lover, Writing Enthusiast, A friend of a many students

  1. Menunggu musim hujan ya kak.
    Salam kenal dari grup London

    ReplyDelete
  2. Iya disini kering banget 😁, salam kenal juga kak

    ReplyDelete
  3. waah sama-sama merindu hujan nih hihi. Tulisannya Selvi suka, tulisan yang menawan. Semangat kak.

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah.. Tanda2 datangnya sdh terasa.. Moga makin dekat.. Salam kenal dr tim adelaide kak..

    ReplyDelete