Tiba-tiba tanpa bisa kucegah kaki-kaki kecil
membawaku memutar arah. Berderap dengan cepat, sembrono. Tak peduli jalanan
berbatu-batu berulang kali membuat tersandung. Jatuh tanpa ampun, lecet-lecet
dan berdarah tak peduli. Lari semakin cepat. Sedetik sempat terhenti langkah,
terbersit sedikit tanya kenapa kaki-kaki memaksa berlari.
Lalu kusadari seperti seharusnya aroma yang
kutunggu sejak lama menguar begitu saja tanpa tanda. Harum tanah basah yang aku
rindukan tujuh bulan lamanya. Bahkan hujan masih belum mau menampakkan diri
tapi aromanya sudah menyelubung bumi. Entah dimana hujan itu menjatuhkan diri,
aku tak peduli. Yang penting musim suka cita sudah sudi mampir. Artinya paripurna
sudah usahaku menunggu.
Baris-baris rinai mulai membasahiku. Kunikmati
setiap sentuhan yang kurindu. Di sini, di ujung tebing tempat yang terjanji. Perlahan
kuraupkan segelintir air hujan pada wajahku yang basah. Basah oleh airmata yang
tumpah ruah. Meski entah apa janji yang sempat terlontar akan sepadan. Aku tak
peduli akan apapun yang mungkin terjadi.
Aku peluki rintik-rintik itu perlahan. Sambil
bertopang tangan. Menunggu datangnya dia yang singgah melalui hujan. Dia lelaki
hujan yang kudamba. Aku yakin waktu-waktu yang habis dalam renungan dan
kerinduan atas hadirnya, akan sepadan dengan apa yang dia tawarkan. Maka aku
tetap di sini hingga kurasakan lengan-lengan kokohnya melindungi.
Namun hingga senja berpulang dalam gelap
malam. Belum juga dia datang. Hujan bahkan sudah lama meninggalkan. Aku bingung
tentang apa yang harus aku lakukan. Pergi, ataukah tinggal. Jika segala
belumlah terang, bahkan untuk sekedar membuat pilihan adalah perjudian.
Aku diam di sana hingga suara-suara semesta
mulai berorkestra. Gelap dengan temaram sinar bulan yang indah. Tak kupedulikan
badan yang menggigil kedinginan. Akibat hujan yang memilik berjejak di sana. Sampai
tak terdengar lagi satu pun suara. Aku memutuskan untuk pergi. Uuntuk apa juga
menunggu yang tidak pasti. Kecewa aku rasakan perlahan masuk, membentuk sarang
di relung hati yang memar.
So sad T_T
ReplyDeletekeren mbak👍