BLANTERORBITv102

HAJAR SELIMUT POLUSI, GAS TERTAWA DARI SEKTOR GREEN

Wednesday, October 26, 2022
Hajar selimut polusi

Sore itu saya mendatangi tetangga yang tiba-tiba duduk di bale bambu depan rumah saya. Wajahnya lesu, seperti kurang hepi dan banyak beban pikiran.

Saya tanya kenapa kok lesu, meski saya tahu pasti jawaban dari beliau. Pasti akibat gagal panen lagi. Memang perubahan iklim dan cuaca yang tidak bisa diprediksi sudah menyusahkan para petani. Di desa tempat saya, baru bulan Agustus kemarin panen padi kedua, hasilnya lumayan saja. Berkurang banyak akibat wabah wereng dan belalang.

Saya ingat betul kata mbah dulu, kalau banyak belalang artinya panen gagal, kalau banyak capung artinya hasil panen membumbung. Nah harusnya setelah panen padi kedua, lahan sawah akan ditanami tanaman musim kemarau seperti jagung, kacang hijau, atau buah-buahan seperti semangka, salmon, blewah, dan yang lain.

Memang beberapa petani masih punya semangat dan harapa tinggi untuk bisa mendapatkan panen ketiga di tahun ini. Beberapa menanam buah seperti semangka, blewah, salmon. Berharap kemarau akan sedikit panjang seperti tahun kemarin. Untuk diketahui, petani yang memeutuskan menanam buah, sudah pasti harus siap modal tinggi. Bibitnya mahal, perawatannya pun agak njlimet. Kalau saya bandingkan sama seperti merawat bayi.

Semangka misalnya, harus disiram dengan air larutan pupuk sekitar dua hari sekali. Harus ada bantalan untuk bakal buahnya nanti, biasanya kami pakai jerami padi sisa panen sebelumnya. Nanti kalau sudah berdaun harus ditata agar tidak ruwet dan bertumpuk. Dan pas sudah ada bakal buah (kenthil) harus benar-benar dipilih, dan hanya boleh ada 2 bakal buah dalam satu pohon agar buahnya bisa maksimal.

Tahun ini sepertinya panen massal dan festival semangka akan batal terjadi. Baru juga benih ditanam seminggu hujan lebat sudah mulai turun. Bibit semangka yang terendam air dipastikan busuk dan gagal tumbuh. Petani sudah pasti merugi.

Karena hujan turun terus tiap hari, maka banyak petani yang membiarkan lahannya terbengkalai. Meski sekarang banyak ditumbuhi rumput, tetapi kata anak saya malah bagus. Sawahnya ganti jadi kebun bunga katanya. 

sawah yang menjadi ladang rumput
Sawahnya sedang diabaikan, jadi gulma tumbuh subur seperti ladang bunga

#SelimutPolusi membuat bumi semakin panas dan menyebabkan perubahan iklim. Salah satu contohnya adalah gagal panen karena cuaca yang tidak bisa diprediksi dan serangan wabah. Ini adalah konsekuensi langsung dari perubahan iklim yang saat ini marak terjadi dan menjadi trending topic di seluruh dunia. Akibatnya kelaparan mengancam karena produksi pangan menurun, belum lagi implikasi sekunder dari perubahan iklim yang banyak menyita biaya.

Perubahan iklim sudah sebegitu parahnya. Dampak yang ditimbulkan juga sama parahnya. Kenapa? karena selimut polusi sudah semakin tebal membungkus bumi.


Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) polusi adalah pencemaran atau pengotoran. Yaitu masuknya senyawa kimia atau energi ke alam yang membuat bahaya dan merusak ekosistem yang ada.

Bukan hanya udara, polusi juga terjadi pada air, tanah, dan suara. Polusi yang meningkat menyebabkan #SelimutPolusi di atmosfer bumi semakin tebal. Akibatnya bumi menjadi panas dan menyebabkan dampak serius bagi seluruh makhluk yang menghuninya.

Global warming jelas memicu perubahan iklim seperti yang kita rasakan saat ini. Penyebab paling besarnya ada di GRK (Gas Rumah Kaca) yang timbul akibat aktivitas manusia.


Setiap aktivitas manusia modern memicu polusi di beberapa aspek. Baik udara, air, tanah, dan polusi yang lain. Beberapa aktivitas pemicu polusi baik yang diakibatkan oleh manusia atau alam akan saya jabarkan di bawah:

#1 Kegiatan Rumah Tangga

Jangan salah ya, bahkan untuk kegiatan rumah tangga pun juga menyumbang polusi yang signifikan. Contoh nyata sampah plastik, pasti banyak tuh bekas bungkus segala macam yang dibuang begitu saja atau ujung-ujungnya dibakar di pembakaran luar. Polusi kan. Trus kalau ada sampah organik yang dibiarkan menumpuk, polusi lagi. Itu bisa menimbulkan gas metana dari pembusukan yang terjadi.

Belum lagi yang suka buang-buang energi, misalnya pake mesin cuci, nggak matiin lampu pas nggak digunakan, colokan nggak dilepas, suka pakai AC. Pakai tisu sesuka hati, pakai kertas sembarangan, pakai air sembarangan. Buang minyak bekas langsung ke tanah atau ke aliran air yang bikin rusak tanah dan air. Banyak banget deh meski baru di ranah domestik.

#2 Pertanian dan Peternakan

Saya nggak bakalan kaget kalau teman-teman bertanya-tanya, kok sektor green bikin polusi? eits jangan salah, justru dua sektor ini penyumbang GRK yang lebih berbahaya di atmosfer. Ada Dinitrat Oksida (N2O) dan Metana (CH4). Khusus untuk dinitrat oksida nanti akan saya bahas lebih lanjut di bawah. 

Sedangkan untuk metana, industri peternakan menyumbang besar sekali gas polutan ini ke udara. Berasal dari aktivtas alami sapi, kambing atau hewan memamah biak lain. Sendawa dan kentutnya saja sudah mengandung metana. Belum lagi feses yang bertumpuk adalah penghasil metana yang gede banget. 

Memang sih ya kalau dimanfaatkan, feses yang mengandung banyak mineral itu bisa menghasilkan energi alternatif pengganti elpiji. Tapi kalau dibiarkan gas metananya akan jalan-jalan ke atmosfer dan menetap di sana menjadikan #SelimutPolusi makin tebal dan tebal.

#3 Transportasi dan Industri

Yups, inilah penyumbang karbondioksida (CO2) dan karbon monoksida (CO) terbesar. Meski mudah sekali menguraikan CO2 tetapi karena jumlahnya yang besar dan unsur pengurainya semakin berkurang di bumi, tak ayal kedua sektor ini juga diklaim sebagai penyumpang selimut polusi yang wah.

#4 Deforestasi

Pembukaan lahan, baik untuk konsumsi kayu maupun alih lahan jelas menimbulkan polusi yang berarti. Apalagi pohon adalah pengurai polusi yang sangat mumpuni karena mampu merubah karbondioksida di udara menjadi oksigen. Berkurangnya jumlah pohon jelas berpengaruh pada konsentrasi emisi karbondioksida di udara.

Belum lagi kalau buka lahannya dengan cara dibakar, wah ini sih kiamat sudah. Sudah pohonnya jadi tidak bisa digunakan, bikin karbondioksida hasil pembakaran makin banyak, pengurai karbon di udaranya mati, asapnya bikin makhluk lain jadi sesak nafas juga dan jumlah karbon yang dilepas kembali ke udara saat pohon ditebang meningkat pesat. Klop sudah, bertumpuk-tumpuk.

# Limbah dan Sampah Industri 

Industri menyumbang limbah dan sampah yang masiv, rumah tangga juga menghasilkan sampah dan limbah yang jika dijumlahkan volumenya pun membuat kita berdecak. Bukan hanya polusi udara dari pembakaran dan aktivitas mesin industri, tapi juga limbah cair, dan gas. Banyak industri yang masih tidak aware pada lingkungan dan membuang sampah dan limbahnya ke sungai, udara, atau laut. Jelas itu membuat polusi di air dan udara dan mematikan ekosistem di sana.

Sampah yang menggunung juga menghasilkan gas metana yang cukup signifikan. Tahu kan metana meski berumur lebih rendah dari karbondioksida tetapi mampu memerangkap panas lebih besar dari CO2, kalau tidak salah sampai 25 kalinya.

# PLTF (Pembangkit Listrik Tenaga Fossil)

Konsumsi listrik oleh manusia modern ini memang menjadi sesuatu yang tidak bisa dihindari. Hampir semua peralatan sudah tersambung  ke listrik. Karenanya produksi listrik terus digenjot. Sayangnya masih banyak Pembangkit Listrik yang masih menggunakan tenaga fossil untuk produksinya, padahal energi alternatif di Indonesia termasuk melimpah ruah.

Karena tenaga fossil pasti menyumbang karbondioksida ke udara dalam konsentrasi yang besar. Diketahui PLTU masih banyak digunakan, tentu saja tidak hanya karbondioksida, tetapi juga berkontribusi pada pencemaran air juga.

Sepertinya masih banyak lagi aktivitas manusia yang berdampak pada bertamba tebalnya #SelimutPolusi di atmosfer bumi.


Akibat dari tebalnya #SelimutPolusi di bumi, panas tidak mampu dilepas kembali ke udara. Oleh sebab itu berdampak pada perubahan iklim di bumi. Sebenarnya perubahan iklim yang terjadi akibat global warming sudah saya tuliskan di sini. Tetapi tidak ada salahnya saya tulis lagi sebagai pengingat.

#1 Berkurangnya air permukaan dan air tanah

Padahal hujan turun dengan debit yang lebih banyak dan lebih sering, tapi banyak air permukaan yang mengering. Contohnya beberapa tahun ke belakang sungai Bengawan solo yang sepanjang sejarah tidak pernah kering, benar-benar habis sampai menyisakan kerak-kerak tanah dan memperlihatkan moving bridge yang pernah ditenggelamkan oleh tentara penjajah di masa lalu.

Bengawan Solo mengering
Debit sungai Bengawan Solo yang menurun drastis (news.detik)

Air tanah juga berkurang meski curah hujan tinggi. Ini karena daerah resapan berkurang karena dipenuhi hutan beton. Dan pohon-pohon yang bayak ditebang. Jadi air hujan tidak masuk ke tanah tapi langsung menuju laut.

Akar pohon adalah pengikat air paling baik. Jika saja pohon masih banyak yang tumbuh, air hujan itu tidak akan terbuang sia-sia dan masuk ke tanah sebagai air tanah.

#2 Musim yang tidak bisa diprediksi

Di atas sudah sempat saya singgung bahwa musim yang tidak bisa diprediksi ini menyusahkan para petani. Karena petani mengandalkan musim untuk menentukan tanaman yang akan ditanam.

gagal panen semangka
Tanaman semangka yang terendam air, dipastikan gagal panen (jatim.inews.com)

Karena musim seenaknya sendiri banyak petani yang kecele dan merugi karena menanam di musim yang salah.

#3 Banjir dimana-mana

Salah satu penyebabnya adalah kurangnya daerah resapan air hujan. Jadi ketika hujan turun dalam debit yang cukup tinggi banyak daerah yang tergenang banjir.

banjir bengawan jero Lamongan
Banjir musiman di Bengawan Jero (surya.co.id)

Bahkan tahun ini padahal baru juga musim hujan mulai, banyak daerah yang rusak parah karena diterjang banjir bandang. Air hujan bercampur air sungai meluap, tidak ada pepohonan yang menghalangi. Akibatnya air menerjang pemukiman dalam arus yang deras dan menghancurkan apapun yang dilewatinya.

#4 Suhu bumi semakin panas

Ini tidak hanya dirasakan oleh warga perkotaan, di desa pun kami merasakan sekali hawa panas yang semakin tahun semakin menggila.

Karena selimut polusi di atmosfer semakin tebal. Panas matahari yang masuk ke bumi tidak bisa dilepaskan kembali dan terperangkap di bumi. Bumi semakin panas dan semakin panas.

#5 Banyak wabah

Banyaknya wabah yang dirasakan oleh para petani memang menjadi pertanda. Belalang, wereng, tikus, dan burung. Banyak sekali, dan menyerang hampir di semua musim tanam.

wabah belalang di Kenya
Wabah belalang di Kenya. (bbc.com)

Petani kesulitan untuk membasmi hama-hama itu. Selain karena kuantitasnya yang semakin banyak, juga uang yang dibutuhkan semakin besar. Sudah berapa nyawa melayang karena jebakan tikus sawah menggunakan setrum listrik yang berbalik mengenai manusia. Beberapa kali di desa saya manusia meregang nyawa karena tersetrum di sawah.

Tidak hanya di sektor pertanian, kalau dirasakan saat ini manusia sering sekali mengalami sakit. Baik saat pandemi menyerang kemarin, maupun beberapa bulan ke belakang.

Di sekolah kelas-kelas banyak yang siswanya tinggal separuh karena sakit. Saya pun mengalami juga. Padahal biasanya saya tidak mudah sakit, ini sudah bapil lebih dari sebulan dan belum sembuh juga.

#6 Banyak bencana

Perhatikan saja beberapa tahun ke belakang. Bencana semakin sering menyerang bumi. Mulai dari banjir, kekeringan, kebakaran hutan, angin kencang, paceklik karena gagal panen, sampai gunung meletus. Semuanya terjadi bertubi-tubi. Dan hal ini disebabkan karena pemanasan global.


Hutan, kita butuh hutan kalau ingin bumi kembali sehat. Hutan adalah rumah bagi banyak pohon dan hewan. Pohon kita tahu mampu menyaring polusi di udara, yaitu karbondioksida dan menghasilkan oksigen yang kita butuhkan untuk bernafas. 

Tuhan menciptakan pohon sebagai penyaring. Manusia dan hewan bernafas butuh oksigen, pohon kebalikannya. Untuk bernafas dan berfotosintesis pohon butuh karbondioksida. Saya tidak mau membayangkan jika pohon sama-sama butuh oksigen untuk bernafas, apa jadinya.

Baiklah anggap saja memang keserakahan manusialah yang menjadikan bumi semakin sekarat. Hutan-hutan digunduli dan menyisakan lahan kosong. Baiknya memang kita berbenah, menumbuhkan hutan-hutan baru sebagai paru-paru bumi. Fungsi hutan tidak hanya satu, hutan punya tugas besar di bumi ini.

#1 Penyaring karbondioksida dan pemasok oksigen terbesar

Hutan yang kaya akan tumbuh-tumbuhan memiliki daya serap karbondioksida yang sangat tinggi dan pemasok oksigen terbesar bagi bumi. Oksigen diperlukan oleh manusia dan hewan untuk bernafas. Itu sebabnya hutan sering disebut sebagai paru-paru dunia. Reboisasi hutan memang sangat dibutuhkan #UntukmuBumiku agar #SelimutBumi tidak bertambah tebal.

#2 Penyerap polutan di udara

Tahu tidak kalau polusi di udara itu dipenuhi dengan banyak macam polutan. Hutan yang penuh dengan tumbuhan mampu menyerap polutan di udara seperti besi (Fe), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), dan Timabl (Pb). Dalam penelitian yang dilakukan oleh #MudaMudiBumi, Helsa Yuliana, dkk diketahui pohon karet mampu menyerap polutan besi paling tinggi, sekitar 207 mg/kg, Meranti diklaim sebagai penyerap Mangan paling tinggi sebesar 1.150 mg/kg. Sedangkan daun yang menyerap tembaga dan timbal tidak bisa diketahui, karena rata-rata penyerapannya sangat rendah.

Tetap saja dengan adanya daun-daun yang menjadi filter tersebut, polutan yang ada di udara akan berkurang secara signifikan. Itulah sebabnya pohon dan hutan adalah sesuatu yang wajib ada di bumi ini.

 #3 Gudang air

Sejak masih sekolah dasar kita sudah diberi tahu bahwa akar pohon mampu menyerap air hujan dengan baik. Kenapa sekarang banyak longsor dan banjir, karena pohonnya menghilang. Tidak ada lagi yang mampu menahan laju air dan longsor tersebut.

Itulah sebabnya di beberapa daerah yang punya pioner-pioner keren menghidupkan hutan kembali di daerahnya, seperti Mbah Sudiman yang menanami bukit-bukit gundul dengan pohon, berhasil menciptakan sumber air bagi masyarakat sekitar di daerah Wonogiri. Meski usianya sudah tua tapi Mbah Sudiman sudah menjadi bagian dari  #TeamUpForImpact mencegah perubahan iklim semakin parah.

Mbak Sadiman penumbuh hutan Wonogiri
Mbah Sadiman dan hutan (dw.com)

Semakin banyak pohon, semakin banyak air hujan yang terserap dan disimpan menjadi cadangan air berupa air tanah yang bisa dimanfaatkan oleh manusia. 

Perbanyak hutan, tumbuhkan pohon, maka manusia tidak perlu khawatir pada kekeringan. Kita punya gudang air kok.

#4 Penyubur tanah

Hutan selain sebagai pemasok oksigen terbesar, juga mampu menjaga dan menyuburkan tanah. Daun-daun yang berguguran di tanah dan menumpuk di lantai hutan, diuraikan oleh mikroorganisme dan mengembalikan mineral-mineral yang terkandung pada daun itu kembali ke tanah.

Mineral seperti nitrogen (N) sangat dibutuhkan oleh tumbuhan untuk tumbuh kembang dan menjaga agar daun tetap hijau dan mampu melakukan fontosintesis dengan sempurna.

#5 Penahan bencana

Ketika hutan gundul banyak bencana seperti tanah longsor dan banjir terjadi. Sebabnya karena tidak ada lagi akar yang menahan air dan tanah tersebut pada tempatnya. Maka hutan dan pepohonan di dalamnya dibutuhkan untuk mencegah terjadinya bencana di bumi.

Hutan gundul, reboisasi harus dilakukan agar hutan tetap ada. Akar-akar kuat mereka mampu menahan laju bencana

#6 Habitat dari banyak keanekaragaman hayati

Hutan menyediakan tempat tinggal bagi banyak hewan dan menjadi tempat berkembang biaknya banyak tumbuhan. Di dalam hutan selain banyak hewan yang tinggal juga memiliki varietas tumbuhan yang beragam.

Dulu saya sering masuk hutan di Magetan untuk mencari tanaman obat atau pakis-pakisan untuk dimakan. Kadang juga mengambil rebung yang jadi favorit saya untuk di sayur oleh ibu. Bahkan di desa saya sendiri meski bukan hutan tapi barongan (hutan bambu kecil) saya banyak menemukan hewan-hewan kecil dan tanaman obat di dalamnya. Jadi hutan adalah semacam tempat konservasi bagi banyaknya keanekaragaman hayati di bumi.


Mayoritas kalau kita membicarakan tentang polutan, pasti langsung nyantolnya ke karbondioksida. Padahal kita tahu bahwa polutan dan gas rumah kaca ada banyak macamnya. Yang sering dilupakan adalah dinitrat oksigen, atau N2O atau biasa juga disebut sebagai gas tertawa. Kenapa dilupakan? karena kita tidak akan mengira bahwa di sektor green yang notabene sekarang sedang digarap dengan kecepatan tinggi oleh dunia ternyata menyumbangkan gas polutan yang termasuk gas rumah kaca. Apalagi gas itu lebih berbahaya dibanding karbondioksida.

Gas tertawa ini punya dua dampak bagi manusia, positif dan negatif. Dampak positifnya adalah banyak digunakan dalam dunia kedokteran sebagai penahan nyeri, dipakai di dunia otomotif, bahan peledak, peroketan, dan bahkan memberi efek bahagia bagi yang menghirupnya.

Sedangkan dampak negatifnya adalah, jika N2O berada di stratosfer akan merusak lapisan ozon, dan di toposfer menjadi gas rumah kaca. Parahnya gas tertawa (N2O) ini bisa timbul secara alami baik dari sumber biologis di dalam tanah dan air (misalnya pada aktivitas mikroba pada hutan tropis dan kebakaran hutan), efek samping aktivitas di sektor pertanian, peternakan, pengelolaan sampah, pemakaian energi, aktivitas industri, atau bahkan dibuat dengan sengaja untuk berbagai kebutuhan manusia.

Saya akan sedikit menjelaskan terjadinya gas tertawa (N2O) dari sektor pertanian. Ya kita tahu bahwa nitrogen adalah unsur hara utama yang dibutuhkan oleh tanaman karena menjadi penyedia nutrisi utama pada tanaman. Nitrogen juga merupakan komponen utama dalam klorofil, protoplasma, dan protein. Nitrogen banyak berperan dalam fase pertumbuhan vegetatif tanaman dan memberikan warna hijau pada daun.

Sayangnya nitrogen tidak tersedia dalam bentuk mineral alami seperti unsur hara lain. Sumber nitrogen paling besar berasal dari udara yang turun melalui hujan hingga sampai ke tanah. Atau bisa juga dari udara yang diikat oleh bakteri pengikat nitrogen seperti Rhizibium sp dan Azotobacter yang banyak ditemukan pada tanaman kedelai.

Nitrogen dapat kembali ke tanah melalui pelapukan makhluk hidup dan dimanfaatkan oleh tumbuhan melalui tahapan yang melibatkan mikroorganisme.

Sayangnya aktivitas pertanian yang tidak sehat justru menambah konsentrasi nitrogen tersebut sampai berlebih. Ah iya gas tertawa itu diproduksi tanaman lewat proses fotolisis. Nah kalau konsentrasi nitrogen dalam tanah tidak bisa diserap sempurna oleh akar dan bersisa, maka akan terjadilah N2O atau gas tertawa itu.

Meski konsentrasinya lebih kecil, hanya sekitar 6% dari total gas rumah kaca yang ada, tetapi lebih berbahaya. Kenapa? karena N2O itu sangat stabil di udara dan bisa bertahan sampai 120 tahun. Dalam dunia pertanian, N2O dipandang sebagai sisi negatif, yaitu proses kehilangan nitrogen dari dalam tanah lewat denitrifikasi. Jadi pada kondisi lapangan, produksi N2O dikontrol oleh status oksigen, jumlah nitrogen tersedia, kadar air dan temperatur (Borden, 1986 dalam Batjes dan Bridges, 1992).

Tanah pertanian atau sawah berpotensi meningkatkan emisi gas N2O jika jumlah N yang tersedia bagi transformasi mikroba ditingkatkan melalui pemupukan nitrogen anorganik (misal pemberian Urea, Phonska, dan pupuk-pupuk lain), penanaman leguminosa (merupakan tanaman kacang-kacangan yang akarnya mampu bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium sp dan mengikat nitrogen), hasil pelapukan tanaman oleh mikroba dan lainnya.

Di dalam toposfer sifat N2O yang stabil tidak mampu terurai dan bisa bertahan hingga 120 tahun. Tetapi ketika mencapai stratosfer N2O dapat bereaksi secara fotolisis dengan atom oksigen radikal dan mampu menghilangkan N2O. Dalam stratosfer N2O diubah menjadi NOx lebih dari 10%. Namun kemudian dengan reaksi antara NO dan N mampu menghasilkan gas nitrogen (N2) yang bukan polutan. Gas nitrogen inilah yang dibutuhkan oleh tanaman untuk siklus hidupnya.


Sebagai #MudaMudiBumi apa yang sudah kita lakukan agar bumi lebih baik? Pastinya mengurangi polusi mulai dari diri sendiri. Hal-hal kecil yang bisa kita lakukan mulai dari rumah. Memang mungkin terlihat sepele, tetapi kalau dilakukan oleh banyak orang maka akumulasinya juga akan lumayan.

Tahu kan Indonesia punya penduduk lebih dari 200 juta. Kalau setiap orang mampu melakukan #TeamUpForImpact berikut setiap hari, maka saya yakin sekali impact pada pengurangan selimut polusi di bumi juga sangat signifikan.

#1 Senin

Bawa bekal dari rumah hari ini. Dampaknya bisa meminimalkan sampah kemasan makanan yang digunakan sebagai bungkus jika kita membeli makanan matang. Selain itu juga mengurangi pemkaaian kendaraan yang digunakan untuk membeli makanan tersebut.

#2 Selasa

Tidak makan atau kurangi makan daging merah di hari ini. Tahu kan sektor peternakan menyumbang gas metana terbesar ke udara. Makan ikan atau protein nabati saja.

#3 Rabu

Bawa kantong kain dan wadah kosong, kurangi penggunaan plastik hari ini. Dengan bawa kantong kain sendiri kita bisa mengurangi sampah plastik. Tahu sendiri orang Indonesia gemar sekali pakai plastik. Beli gorengan satu saja dibungkus plastik. 

#4 Kamis

Kurangi konsumsi listrik hari ini. Cuci baju manual, keringkan baju manual. Kurangi pemakaian AC, batasi penggunaan gadget, lepas colokan listrik. Selain menghemat energi juga hemat biaya. Di Indonesia pembangkit listrik masih banyak yang menggunakan fossil, jadi menyumbang polusi yang cukup besar ke bumi.

#5 Jumat

Hemat air hari ini. Cek kebocoran yang mungkin terjadi, matikan air saat menyabun, baik badan, tangan, atau piring. Tampung air bekas wudlu untuk siram tanaman. Jangan suka beli baju baru dan menumpuk pakaian. Untuk produksi satu kaos saja air yang digunakan bergalon-galon.

#6 Sabtu

Hemat bahan bakar hari ini. Jalan kaki atau pakai sepeda untuk kegiatan hari ini, mumpung libur. Selain menghemat energi dan uang juga bikin kita sehat.

#7 Minggu

Ikuti kegiatan konservasi alam, atau berkebun di kebun sendiri. Tanam beberapa tanaman yang bisa diaplikasikan di rumah untuk menambah jumlah penyaring karbondioksida dan mendinginkan udara. Lakukan daur ulang atau gunakan kembali barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai.


Sebenarnya kegiatan dan usaha untuk mengurangi selimut polusi yang menyebabkan perubahan iklim ini tidak bisa dilakukan secara instan. Meskipun demikian bukan berarti lantas kita lepas tangan.


Jika saja saya punya kekuatan dan kekuasaan sebagai pembuat kebijakan, ada beberapa hal yang ingin saya lakukan #UntukmuBumiku lebih baik.

#1 Penanaman karakter dari usia dini

Mencontoh dari pendidikan karakter di Jepang yang digarap dengan sangat apik sejak usia dini. Di Indonesia penanaman karakter seperti ini bisa dicontoh. LIhat saja karakter anak-anak generasi milenial dan Z yang banyak minusnya sekarang. 

Di Jepang pendidikan karakter ini punya nama Doutoku_kyoiku. Jadi anak-anak diajari, bukan hanya dari materi saja tetapi langsung diterapkan setiap hari jadi langsung tertanam begitu kuat dan terjaga sampai dewasa.

Misalnya saja kebiasaan untuk jalan kaki atau pakai sepeda kemana-mana, memilih transportasi umum daripada milik pribadi (di sana pajak dan parkir mahal), membuang sampah pada tempatnya, mendaur ulang sampah (di sekolah dasar anak-anak diajari untuk mendaur ulang bungkus susu), menggunakan air dengan semestinya, mencintai alam dan hewan. Dan banyak lagi.

Hal-hal di atas jelas berpengaruh pada tingkat emisi polusi di udara. Kalau kita bisa memberikan pendidikan karakter sejak dini maka anak-anak muda kita akan bisa menyumbangkan diri sebagai agen perubahan, perubahan ke arah bumi lebih baik.

Jadi perubahan di bidang kurikulum sekolah dibutuhkan untuk mendapat goal manusia Indonesia dengan karakter yang baik dan dekat dengan alam

#2 Perbaiki transportasi umum

Macet dimana-mana, benar? bahkan di tempat saya yang bukan kota besar saja kemacetan sudah mulai terasa. Kenapa? karena banyaknya kendaraan pribadi di jalan raya. Kenapa? karena transportasi umum tidak ditata dengan baik jadi masyarakat lebih suka memakai kendaraan pribadi untuk kemana-mana.

Selain tidak tepat waktu dan kondisi kendaraan umum yang tidak baik, juga karena tidak menjangkau ke banyak tempat.

Alhamdulillah sekarang untuk kereta api sudah mulai bagus dan tertata, hanya saja karena lingkup geografis Indonesia yang bervariatif jadi banyak tempat yang belum terjangkau. Mungkin bisa diperbaiki lagi ke depan dengan menambah railway dan kereta yang beroperasi.

Bus umum yang wajib ditangani dengan baik oleh pemerintah. Saya juga malas naik kendaraan umum itu karena lelet. Seringnya ngetem nunggu penumpang, jadi lama.

Dengan disahkan kebijakan penataan transportasi umum mungkin nantinya masyarakat akan lebih memilih untuk menggunakannya.

#3 Naikkan pajak dan sewa parkir

Stategi lain adalah dengan menaikkan pajak kendaraan bermotor. Jadi masyarakat akan berpikir ulang jika mau beli kendaraan. Dan juga tarif parkir perlu dikelola secara terpusat dengan harga yang di atas rata-rata.

Seperti di Jepang, kebijakan ini sukses mengurangi jumlah kendaraan bermotor yang lalu lalang di jalan.



Dengan semakin banyaknya dampak perubahan iklim karena selimut polusi yang semakin tebal, kita sebagai generasi #MudaMudiBumi harus mulai ikut berpartisipasi untuk mengurangi polusi. Tidak harus dengan hal-hal yang besar, mulai saja dari diri sendiri. Dengan melakukan beberapa hal yang saya rangkum di atas kita juga bisa ikut serta mengurangi polusi dan dampaknya pada bumi.

Memang harus ada kerjasama dari berbagai pihak agar tujuan bumi untuk negeri bisa terwujud. Salah satunya dengan melakukan reboisasi hutan yang sudah banyak dialih fungsi. Dengan banyaknya pohon maka kebutuhan manusia akan terpenuhi, baik itu oksigen, air, pelindung dari bencana, keanekaragaman hayati dan sumber pangan.

Mari kita bersama melindungi bumi agar mampu kita tinggali sampai anak cucu kita nanti. Semoga.


#MudaMudiBumi #UntukmuBumiku #TeamUpForImpact #SelimutPolusi

Referensi

www.semarangkota.co.id

https://hijauku.com/2013/11/22/n2o-polusi-iklim-yang-terlupakan/

www. jurnal.lapan.co.id



Author

Marwita Oktaviana

Blogger, Book lover, Writing Enthusiast, A friend of a many students