BLANTERORBITv102

JEJAK-JEJAK RESESI INDONESIA

Friday, November 18, 2022

 jejak=jejak resesi indonesia


Ancaman resesi global tengah mengahantui banyak negara di dunia. Prediksi dunia gelap di tahun 2023 menciptakan ketakutan-ketakutan akan apa yang mungkin terjadi di tahun depan. Menurunnya tingkat ekonomi di beberapa negara di dunia dipicu oleh adanya pandemi Covid-19 dan konflik Rusia-Ukraina yang datang berturut-turut.

Indonesia juga tengah was-was dengan nasibnya. Saya juga agak-agak khawatir Indonesia akan terdampak resesi global kali ini. Bagaimana tidak, utang luar negeri Indonesia terbilang besar meski pada Agustus 2022 kemarin mengalami penurunan. Tercatat per Agustus 2022 kemarin utang luar negeri Indonesia sebesar 397,4 miliar dolar AS. Turun sebesar 2,8 miliar dolar AS dari bulan sebelumnya.

Namun menteri keuangan, Sri Mulyani Indarwati SE, MSc, PhD optimis Indonesia akan mampu lolos dari resesi. Karena pertumbuhan UMKM yang signifikan dimungkinkan mampu menahan resesi terjadi di Indonesia.

Setelah turun drastis saat pandemi Covid-19 pada tahun 2020 yang lalu, dimana pertumbuhan ekonomi Indonesia terkontraksi -2,07 persen, Indonesia syukurnya masih bisa meningkatkan pertumbuhan ekonominya di tahun 2021 hingga mencapai 3,69 persen. Kita pasti tahu selama pandemi banyak karyawan yang dirumahkan. Mau tidak mau agar dapur tetap mengepul para pengangguran ini menciptakan pekerjaan baru. Berwirausaha.

Ajaibnya justru banyak usaha-usaha kecil tersebut yang bertahan saat ekonomi dalam kondisi menurun. Dan juga UMKM-UMKM yang tumbuh subur bak jamur di musim hujan, nyatanya mampu merubah kemerosotan ekonomi Indonesia menjadi kembali positif di tahun berikutnya.

Sebuah negara akan disebut mengalami resesi apabila dalam dua kuartal berturut-turut petumbuhan ekonominya mengalami penurunan. Indonesia sendiri bukan hanya sekali dua kali mengalami resesi. Bahkan ketika baru merdeka Indonesia sudah menghadapi resesi yang cukup parah. Mau tahu berapa kali Indonesia mengalami resesi? simak ya...


Baru juga menikmati kemerdekaan, Indonesia pernah diterjang resesi yang cukup parah pada tahun 1963. Resesi terjadi karena adanya hiperinflasi. Saat itu presiden Soekarno masih menjabat. Kondisi ekonomi dan politik saat itu memang sedang tidak bagus. Karena Indonesia dikucilkan dari dunia internasional karena sikap pemerintah yang cukup konfrontatif. Baik terkait perseteruan dengan Malaysia maupun sikap Indonesia yang memilih keluar dari PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa).

Inflasi melambung tinggi hingga mencapai 119 persen. Tentu saja dampaknya ekonomi tidak hanya turun tapi ambles. Harga-harga melambung tinggi menyebabkan tingkat pembelian masyarakat turun. Banyaknya pengangguran akibat bangkrutnya perusahaan-perusahaan juga menyumbang dampak yang semakin parah.

Beberapa sektor mengalami penurunan yang sangat signifikan, bahkan mengerikan kalau menurut saya. Produk Domestik bruto (PDB) nasional anjlok hingga 2,24 persen. Sementara ekspor-impor terkontraksi sampai 26,58 persen, pengeluaran rumah tangga juga terkena imbas dengan terkontraksi 3,95 persen. Investasi juga terdampak cukup serius dengan kontraksi sebesar 23,69 persen.

Yang bikin saya melongo, anggaran negara di tahun itu mengalami defisit mencapai 600 persen. Lalu bagaimana Indonesia masih bisa menangani belanja negara saat itu? bagaimana kondisi masyarakatnya?

Sebagai informasi, di tahun 1963 tersebut karena proyek Mercusuar yang digadang oleh presiden Soekarno, Indonesia mengalami inflasi hingga mencapai 600 persen. Hiperinflasi itu terjadi karena Soekarno mencetak banyak rupiah untuk kebutuhan proyeknya.

Karena inflasi yang begitu tinggi pemerintah pada tanggal 13 Desember 1965 melakukan redenominasi atau penyederhanaan nilai rupiah dari Rp. 1000 menjadi Rp. 1.


Tahun 1998 yang ada di ingatan saya adalah demonstrasi besar-besaran mahasiswa. Banyak mahasiswa yang jdi korban dan meninggal. Runtuhnya orde baru dengan mundurnya presiden Soeharto dari puncak pimpinan Indonesia setelah 32 tahun berkuasa. Harga-harga yang naik drastis, banyak kerusuhan di kota-kota besar. Penjarahan besar-besaran karena ketakutan masyarakat akibat semakin naiknya harga-harga.

Saya juga baru tahu pas sudah beranjak dewasa kalau waktu itu demonstrasi besar-besaran akibat krisis politik itu dipicu oleh ketidakpercayaan masyakat pada pemerintah. Sebabnya apa? karena adanya krisis ekonomi yang dirasakan masyarakat.

Yup benar, di tahun 1998 kondisi ekonomi Indonesia bisa jadi yang terparah di Asia Tenggara. Perekonomian Indonesia sebenarnya sudah mulai negatif sejak 1997 dipicu oleh krisis nilai tukar Baht Thailand. Sembilan bulan awal di tahun 1998 masih juga minus. Dampaknya Indonesia mengalami resesi yang amat parah. Karena melamahnya perekkonomian yang dirasakan oleh masyarakat dan tidak ada respon dari pemerintah memicu mosi ketidakpercayaan masyarakat.

Hal ini justru berdampak buruk sehingga nilai tukar rupiah meluncur deras dari Rp. 4.800/dolar AS di tahun 1997 ke Rp. 17.000/dolar AS pada 22 Januari 1998. Rupiah terdepresi lebih dari 80% dan menimbulkan gejolak hebat paa masyarakat.

Imbasnya banyak perusahaan bangkrut, pasar uang dan pasar modal anjlok, bank-bank juga mengalami kesulitan. PHK besar-besaran menyebabkan rendahnya daya jual masyarakat dan pendapatan per kapita negara.

Waktu itu saya juga ikut merasakan dampak. Benar-benar rakyat miskin semakin miskin. Bahan pangan sulit, harga-harga melonjak tinggi. Uang seperti barang langka bagi kami. Sangat berat pokoknya. Untungnya setelah mundurnya Orde Baru perekonomian kembali menguat berkat peran BJ Habibie.


Pada tahun 2008 terjadi goncangan ekonomi besar di tingkat Internasional. Penyebabnya adalah kredit macet hipotek yang terjadi di Amerika Serikat. Kesalahan terjadi karena perbankan di sana mengalirkan dana dengan cukup deras pada para peminjam yang sebenarnya tidak mampu bayar. Akibatnya terjadi rentetan kebangkrutan beberapa lembaga pinjaman dan klimaksnya Bank investasi Lehmann Brothers jatuh dan bangkrut.

Imbasnya karena ada hubungan finansial global jadi krisis merembet ke seluruh penjuru dunia. Harga komoditas melambung, saham-saham berguguran dan pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia melemah.

Tetapi seingat saya waktu itu imbas ke Indonesia tidak begitu dirasakan seperti ketika resesi di tahun 1998. Harga-harga di pasar juga cenderung stabil. Saat itu saya kalau tidak salah baru saja meninggalkan Bali dan bekerja di Surabaya. Hal itu mungkin karena yang terdampak kuat adalah sektor keuangan saja. Indonesia mampu meredam resesi karena pertumbuhan ekonominya lebih bergantung pada permintaan domestik alih-alih ekspor.

Saat itu memang harga saham gabungan (IHSG) terkoreksi cepat akibat derasnya arus modal keluar (ccapital outflow). Nilai tukar rupiah pun mengalami depresi sekitar 22,7 % dari Rp. 9.160/dollar AS pada Juli 2008 ke Rp. 11.238/dolar AS pada Desember 2008. 

Untungnya Bank Indonesia bergerak cepat untuk menahan laju resesi dengan menguras cadangan devisa guna menstabilkan nilai tukar rupiah. Beberapa kebijakan baru juga muncul akibat resesi 2008, diantaranya kenaikan penjaminan pinjaman masyarakat di perbankan yang dijamin oleh LPS dari Rp. 100 juta menjadi Rp. 2 miliar dan juga lahirnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) .


Tahun 2020 yang terjadi adalah resesi global. Resesi terjadi akibat adanya pandemi covid-19 dan konflik Rusia-Ukraina. Saat pandemi masih berlangsung pertumbuhan ekonomi melambat di seluruh dunia akibat adanya pembatasan kegiatan di semua sektor.

Berhentinya produksi di beberapa perusahaan karena kabijakan lock-down mengakibatkan banyaknya usaha yang jatuh bangkrut. Banyak pekerja yang dirumahkan karenanya. Daya beli pun melemah akibat aktivitas yang dibatasi menyebabkan jatuhnya pendapatan masyarakat.

Belum lagi konflik Rusia-Ukraina yang menyebabkan harga komoditas melambung tinggi. Di Indonesia tentu saja ikut terpengaruh dan resmi dinyatakan resesi setelah produk domestik bruto di kuarta III-2020 minus lagi 3,49%. Pada kuartal sebelumnya II-2020 pertumbuhan ekonomi Indonesia juga minus.

Namun Indonesia akhirnya bisa bangkit dari resesi setelah kebijakan pemulihan nasional dilaksanakan. Peningkatan konsumsi dalam negeri, peningkatan aktivitas usaha, dan peningkatan konsumsi dalam negeri gencar dilakukan sebagai langkah menghambat resesi. Dengan jumlah penduduk yang besar, konsumsi rumah tangga menyumbang kenaikan pertumbuhan yang cukup signifikan. UMKM juga gencar diberikan bantuan agar dapat memutar roda ekonomi. 

Hasilnya di tahun 2021 pertumbuhan ekonomi Indonesia mulai naik dan bisa bangkit dari resesi dengan baik.

Nah ancaman resesi global di tahun 2023 yang menyebabkan dunia gelap mungkin bisa terjadi. Indonesia mungkin juga bisa terdampak. Tetapi saya yakin, belajar dari pengalaman-pengalaman Indonesia pada resesi sebelumnya, negara tercinta kita ini akan terhindar dari dampak besar resesi. Semoga.


Referensi:

https://www.cnbcindonesia.com/news/20220509141438-4-337483/indonesia-bangkit-tapi-anti-resesi-nggak

https://money.kompas.com/read/2020/11/05/111828826/indonesia-resmi-resesi-ekonomi-kuartal-iii-2020-minus-349-persen?page=all

https://www.cnbcindonesia.com/market/20221012140255-17-379180/indonesia-pernah-diterjang-tiga-resesi-mana-yang-terburuk#:~:text=Resesi%20pada%201963%20dipicu%20oleh,pada%201963%20sementara%20ekonomi%20ambles.









Author

Marwita Oktaviana

Blogger, Book lover, Writing Enthusiast, A friend of a many students

  1. Yang saya baca dari postingan IG salah satu pakar ekonomi malah Indonesia akan baik-baik saja di tahun depan. Kuncinya jangan menahan diri dan teru seblanja aja di toko sebelah. UMKM memang menjadi salah satu penopang ekonomi nasional. Dengan tetap melakukan transaksi seperti biasanya lalu tidak parno dengan resesi, maka perekonomian kita akan baik-baik saja.

    Menarik sekali mengetahu tentang iflasi besar-besaran tahun 60an. Saya jadi ingat di Amerika juga pernah ada masa Great Depression di tahun 1929. Orang-orang kaya benar-benar kehilangan semua yang mereka punya dan makan dari dapur umum. Penyebabnya ternyata hancurnya pasar saham, kebijakan pemerintah, kegagalan bank, kepanikan masyarakat, dan kolapsnya suplai uang.

    Semoga Allah melindungi bangsa ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak, dari pengalaman sebelumnya UMKM memang berperan besar pada daya tahan Indonesia terhadap resesi. Semoga tidak ada dunia gelap semoga dunia baik-baik saja

      Delete
  2. Jadi sekalian memantik ingatan tentang ilmu sejarah nih, baca tulisan ini. Resesi tahun 1998 memang semembekas itu sih, ya, dalam ingatan. Pas pandemi pun terasa banget susahnya uang. Semoga pendapat para ahli yang mengatakan bahwa Indonesia yang punya warga suka belanja, bisa mencegah resesi terjadi, benar-benar terwujud.

    ReplyDelete
  3. waktu resesi tahun 1998, walaupun waktu itu masih sekolah dasar, tetapi masih ingat sekali harga-harga naik melonjak, minyak tanah naik lebih dari 100%.
    Mudah-mudahan resesi 2023 yang sudah banyak digembor-gemborkan dapat kita lalui. Tetap semangat dan insyaAllah tetap ada jalan untuk kita semua untuk survive

    ReplyDelete
  4. Ngomongin resesi 2023, apakah akan benaran terjadi di Indonesia atau tidak, semua harus tetap diantisipasi dengan langkah terbaik. Termasuk menggunakan keuangan negara secara selektif dan benar-benar terkontrol.

    ReplyDelete
  5. Aku baca dari kata pertama sampai kata terakhir, bahasannya super menarik banget. Aku pun baru tau kalau Indonesia mengalami fenomena resesi sedemikian rupa dan akhirnya bisa bangkit lagi meski berulang kali terjadi. Yang aku tau hanya krisis di tahun 98, itu pun masih belum lahir wlwk.

    Kabar resesi global dengan sebutan 2023 akan gelap ini memang sempat bikin khawatir banyak orang apalagi aku. Namun, Raditya Dika bilang jangan panik karena lebih baik kita mempersiapkan diri dan mengantisipasi pengeluaran dan berhemat.

    Terlepas dari terjadi atau enggaknya, memang harus sedia payung ssbelum hujan. Bukan underistimate Indonesia enggak bakal kena resesi, justru tetap optimis bajwa Indonesia bisa menhadangnya. Apalagi dengan pengalaman resesi sebelum-sebelumnya.

    ReplyDelete
  6. Duhh semogaa ngga terjadi ya mbaa, sebenernya isu ini udah pernah dialami negara Eropa ya, terus kemarin juga kabarnya Inggris juga sempet mengalami krisis yaa? Duh sumpaah negara maju bisa krisis apalagi Indonesia? Tapi semoga engga sih :))

    ReplyDelete
  7. Berharap Indonesia mampu mengatasinya bila memang beneran terjadi resesi global. Sebagai orang yang tak miliki penghasilan tetap, mesti mempersiapkan diri sebaik mungkin.

    ReplyDelete
  8. Seram sekali membayangkan resesi. Semoga prediksinya meleset ya, dan semoga Indonesia juga tetap baik baik saja.

    ReplyDelete
  9. Prediksinya untuk resesi 2023 gimana mbak? Deg-degan banget ketika diprediksi bakal resesi. Padahal ekonomi sedang perlahan bangkit pasca krisis pandemi

    ReplyDelete
  10. Aku setuju sih dengan pernyataan kak Wita di atas, Indonesia sudah mengalami beberapa kali kejadian serupa yang digadang-gadang akan terjadi lagi di 2023 mendatang. Hal yang harus diingat adalah, tetap melalukan belanja seperti biasa dan wajar, jangan juga berlebihan. Semoga Indonesia baik-baik aja di tahun 2023 ya kak

    ReplyDelete
  11. Dari resepsi tahun 1963 yang paling kuingat sih adanya redenominasi nilai mata uang, ngeri sekali membayangkan kalau resesi beneran bakal terjadi. Tapi Selagi kita tetap menggunakan produk dalam negeri, mendukung umkm lokal, ini adalah Cara kita mempertahankan ekonomi tetap stabil. semoga resesi hanya prediksi saja.

    ReplyDelete