BLANTERORBITv102

DONGENG ANAK : KEPEL part 1

Saturday, October 5, 2019
Kali ini saya akan menyajikan sebuah cerita anak berupa dongeng. Dongeng ini saya tulis berdasarkan ingatan saya pada cerita yang sering bapak dan ibu saya berikan setiap malam menjelang tidur ketika saya kecil. Kenapa saya lantas memilih menulis dongeng adalah karena waktu itu ada lomba menulis dongeng yang diadakan salah satu departemen dan saya coba ikut sebagai peserta. Ternyata saya kurang tanggap pada tema yang diajukan sehingga naskah saya tidak lolos kurasi.
Dongeng memang menemani malam-malam saya waktu kecil dulu karena hiburan satu-satunya ya mendengar cerita-cerita itu disampaikan langsung dari mulut bapak dan ibu. Ternyata manfaat dongeng sangat besar saya rasakan hingga dewasa. Nah dongeng yang saya tulis ini masuk di genre fantasi, memang semuanya hanya ada di hayalan saya saja :D

cerita anak berjudul kepel


Nah silahkan baca cerita dongeng saya yang mungkin masih agak kasar, maklum tulisan ini saya buat sudah lama sekali waktu saya belum berkenalan dengan dunia menulis.

KEPEL
By: Marwita Oktaviana

Alkisah di sebuah hutan di wilayah utara pulau Jawa hiduplah seorang anak perempuan bersama ibunya. Kepel nama anak perempuan itu. Entah perihal apa mereka justru menikmati tinggal di hutan rimba penuh dengan binatang buas. Sejak ayahnya meninggal Kepel dan ibunya mewarisi sebuah tongkat kayu dari ayahnya, mereka tinggal di sebuah gubuk dikelilingi pohon rindang. Meskipun tinggal di hutan rimba mereka tidak pernah kekurangan makanan, di hutan banyak tersedia makanan, banyak pohon yang bisa dipetik buahnya, banyak tanaman umbi-umbian yang bisa mereka gali dan binatang-binatang kecil yang bisa ditangkap untuk dimakan. Ibu dan anak itu saling mengisi, saling melengkapi, bercanda, dan tertawa bersama saling mengisi akibat kekosongan karena kehilangan sang ayah. Kepel tahu bahwa ibunya sangat berduka akibat meninggalnya ayah mereka, karena itu dia berusaha untuk dapat menyenangkan dan menghibur ibunya. Meskipun masih kecil Kepel suka pergi ke kedalaman hutan hanya untuk memetik anggrek hutan yang sangat disenangi ibunya, tanpa takut akan binatang buas yang mengintai.
Biyung1 lihat aku dapat anggrek hutan lagi, kali ini warnanya hitam, cantik sekali”, Kepel menepuk-nepuk ibunya yang berbaring di ranjang.
“Terima kasih Nduk2, sudah kamu jangan keluar masuk hutan lagi demi mencarikan ibu anggrek ini, nanti kalau ada binatang buas bisa bahaya”, tukas ibu Kepel
“Tidak apa Biyung, Kepel suka mencarikan Biyung anggrek ini, biar Biyung bisa tersenyum dan melupakan kesedihan Biyung,”tukas Kepel.
Biyung hanya tidak bias melupakan Bapakmu Nduk, maafkan Biyung”, ibu Kepel tak kuasa menahan tangisnya.
Melihat itu hati Kepel remuk redam, dia hanya ingin ibunya tidak lagi bersedih atas meninggalnya ayah.
            Namun meskipun Kepel sudah berusaha menyenangkan hati ibunya, tetap saja kesedihan ibunya karena ditinggal oleh suami tercinta telah membuat ibunya sakit-sakitan. Dan setelah satu bulan merundung duka akhirnya sang Ibu menyusul sang bapak menjemput ajalnya. Sebelum meninggal ibu Kepel menyerahkan sebuah barang untuk disimpan oleh Kepel, barang itu adalah buntalan berisi kemenyan. Kepel menerima dengan hati yang berat, kesedihan akibat ditinggal oleh ayahnya belumlah hilang sudah ditambah dengan kehilangan ibunya. Sungguh Kepel tak kuasa menahan kesedihannya. Kepel menguburkan ibunya di samping kuburan ayahnya. Tempat penguburan yang dipilih bukan tempat sembarangan. Kuburan ayah dan ibu Kepel berada di samping sebuah sendang yang dinaungi pohon beringin yang sangat besar. Di atas kuburan ayahnya Kepel menancapkan tongkat kayu peninggalan ayahnya dulu, sedangkan di atas kuburan ibunya diletakkan buntalan kemenyan dari ibunya. Ayah dan ibu Kepel pernah berpesan agar menjaga barang peninggalan mereka dengan baik agar bisa digunakan pada saat dibutuhkan. Kedua benda itu akan memberikan bantuan yang dibutuhkan Kepel. Selesai menguburkan ibunya Kepel pergi ke dalam hutan mencari Anggrek hutan yang sangat disenangi ibunya. Nanti bunga itu akan digunakan Kepel untuk menghiasi pusara ibunya. Sambil menangis Kepel mulai berjalan merambah hutan.
###
“Wasanta, segera persiapkan kelengkapan berburuku, aku akan pergi berburu ke wilayah utara”, Panji Seputro memerintahkan pengawal pribadinya segera bersiap.
“Siap Kanjeng3, perlengkapan berburu Kanjeng selalu dalam kondisi siap digunakan, kiranya kapan Kanjeng berniat berangkat?”, jawab Wasanta.
“Oh bagus kalau sudah siap, aku sudah tidak sabar berangkat, ayo Wasanta kita berangkat sekarang saja”, tukas Panji Seputro
Setelah persiapan singkat Panji Seputro ditemani pengawal Wasanta menarik kekang kuda berangkat ke wilayah utara Jawa.
###
            Kepel yang tinggal hidup sendiri di dalam hutan tidak lagi menempati gubuk tempatnya berteduh dulu. Hari demi hari hanya duduk menunggui makam ayah dan ibunya sambil terus menangis.
            “Gusti, aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini, mengapa tidak Kau ambil juga nyawaku agar aku bisa bersama ayah dan ibuku lagi”, ratap Kepel pada Tuhan Yang Maha Agung.
            Setelah berhari-hari duduk di depan makam ayahnya sambil memandangi pohon Beringin di depannya, Kepel akhirnya memutuskan untuk mengikat dirinya di dahan pohon Beringin tersebut.
            Dalam benak Kepel buat apa juga dia pergi dari tempat ini, di sini ada ayah dan ibunya jadi dia bisa bersama dengan ayah dan ibunya sepanjang waktu. Hari berganti hari Kepel yang terikat di dahan pohon terus menangis tanpa makan dan minum. Sesekali terdengar Kepel bernyanyi memanggil ibunya.
            Yung Biyung, Biyung Biyung
            Nyuwun sega wadahe tuwung
            Nyuwun bojo sing diiring payung4
            Suaranya menggema seantero hutan rimba, sungguh menyayat hati. Karena berhari-hari menangis tanpa makan dan minum tubuh Kepel menjadi kurus kering dan sulit dibedakan dengan dahan pohon.
###
            Sementara itu Panji Seputro dan Wasanta sudah tiba di hutan tempat tujuan mereka, setiba di hutan mereka beristirahat sejenak melepas lelah. Esoknya mereka mulai merambah hutan mencari hewan buruan. Menurut kabar burung di hutan ini banyak sekali binatang buruan. Panji Seputro sudah lama menginginkan berburu di hutan ini, namun baru kali ini bisa terwujud.
            “Wasanta, menurutmu kita harus mulai dari mana perburuan kali ini?”, tanya Panji Seputro.
            “Sebaiknya kita putari dulu bagian luar hutan ini baru nanti merambah hutan sebelah dalam, Kanjeng”, jawab Wasanta.
            “Baiklah, ayo jalan”, tukas Panji Seputro.
###

Cerita ini belum tamat lo temans ada part selanjutnya yang bisa dibaca di sini.

Selamat menikmati dongeng saya kali ini, semoga teman-teman suka. Dan jangan lupa krisannya  saya tunggu ya...

Author

Marwita Oktaviana

Blogger, Book lover, Writing Enthusiast, A friend of a many students