Kali ini saya akan menyajikan sebuah cerita anak berupa dongeng. Dongeng ini saya tulis berdasarkan ingatan saya pada cerita yang sering bapak dan ibu saya berikan setiap malam menjelang tidur ketika saya kecil. Kenapa saya lantas memilih menulis dongeng adalah karena waktu itu ada lomba menulis dongeng yang diadakan salah satu departemen dan saya coba ikut sebagai peserta. Ternyata saya kurang tanggap pada tema yang diajukan sehingga naskah saya tidak lolos kurasi.
Dongeng memang menemani malam-malam saya waktu kecil dulu karena hiburan satu-satunya ya mendengar cerita-cerita itu disampaikan langsung dari mulut bapak dan ibu. Ternyata manfaat dongeng sangat besar saya rasakan hingga dewasa. Nah dongeng yang saya tulis ini masuk di genre fantasi, memang semuanya hanya ada di hayalan saya saja :D
Nah silahkan baca cerita dongeng saya yang mungkin masih agak kasar, maklum tulisan ini saya buat sudah lama sekali waktu saya belum berkenalan dengan dunia menulis.
KEPEL
By: Marwita Oktaviana
Alkisah di sebuah hutan
di wilayah utara pulau Jawa hiduplah seorang anak perempuan bersama ibunya. Kepel
nama anak perempuan itu. Entah perihal apa mereka justru menikmati tinggal di
hutan rimba penuh dengan binatang buas. Sejak ayahnya meninggal Kepel dan
ibunya mewarisi sebuah tongkat kayu dari ayahnya, mereka tinggal di sebuah
gubuk dikelilingi pohon rindang. Meskipun tinggal di hutan rimba mereka tidak
pernah kekurangan makanan, di hutan banyak tersedia makanan, banyak pohon yang bisa
dipetik buahnya, banyak tanaman umbi-umbian yang bisa mereka gali dan
binatang-binatang kecil yang bisa ditangkap untuk dimakan. Ibu dan anak itu
saling mengisi, saling melengkapi, bercanda, dan tertawa bersama saling mengisi
akibat kekosongan karena kehilangan sang ayah. Kepel tahu bahwa ibunya sangat
berduka akibat meninggalnya ayah mereka, karena itu dia berusaha untuk dapat
menyenangkan dan menghibur ibunya. Meskipun masih kecil Kepel suka pergi ke
kedalaman hutan hanya untuk memetik anggrek hutan yang sangat disenangi ibunya,
tanpa takut akan binatang buas yang mengintai.
“Biyung1 lihat aku dapat anggrek hutan lagi, kali ini
warnanya hitam, cantik sekali”, Kepel menepuk-nepuk ibunya yang berbaring di
ranjang.
“Terima kasih Nduk2, sudah kamu jangan
keluar masuk hutan lagi demi mencarikan ibu anggrek ini, nanti kalau ada binatang
buas bisa bahaya”, tukas ibu Kepel
“Tidak apa Biyung, Kepel suka mencarikan Biyung anggrek ini, biar Biyung bisa tersenyum dan melupakan
kesedihan Biyung,”tukas Kepel.
“Biyung hanya tidak bias melupakan Bapakmu Nduk, maafkan Biyung”,
ibu Kepel tak kuasa menahan tangisnya.
Melihat itu hati Kepel
remuk redam, dia hanya ingin ibunya tidak lagi bersedih atas meninggalnya ayah.
Namun
meskipun Kepel sudah berusaha menyenangkan hati ibunya, tetap saja kesedihan
ibunya karena ditinggal oleh suami tercinta telah membuat ibunya sakit-sakitan.
Dan setelah satu bulan merundung duka akhirnya sang Ibu menyusul sang bapak
menjemput ajalnya. Sebelum meninggal ibu Kepel menyerahkan sebuah barang untuk
disimpan oleh Kepel, barang itu adalah buntalan berisi kemenyan. Kepel menerima
dengan hati yang berat, kesedihan akibat ditinggal oleh ayahnya belumlah hilang
sudah ditambah dengan kehilangan ibunya. Sungguh Kepel tak kuasa menahan
kesedihannya. Kepel menguburkan ibunya di samping kuburan ayahnya. Tempat
penguburan yang dipilih bukan tempat sembarangan. Kuburan ayah dan ibu Kepel
berada di samping sebuah sendang yang dinaungi pohon beringin yang sangat
besar. Di atas kuburan ayahnya Kepel menancapkan tongkat kayu peninggalan
ayahnya dulu, sedangkan di atas kuburan ibunya diletakkan buntalan kemenyan
dari ibunya. Ayah dan ibu Kepel pernah berpesan agar menjaga barang peninggalan
mereka dengan baik agar bisa digunakan pada saat dibutuhkan. Kedua benda itu akan
memberikan bantuan yang dibutuhkan Kepel. Selesai menguburkan ibunya Kepel
pergi ke dalam hutan mencari Anggrek hutan yang sangat disenangi ibunya. Nanti
bunga itu akan digunakan Kepel untuk menghiasi pusara ibunya. Sambil menangis Kepel mulai
berjalan merambah hutan.
###
“Wasanta, segera
persiapkan kelengkapan berburuku, aku akan pergi berburu ke wilayah utara”,
Panji Seputro memerintahkan pengawal pribadinya segera bersiap.
“Siap Kanjeng3,
perlengkapan berburu Kanjeng selalu dalam kondisi siap digunakan, kiranya kapan
Kanjeng berniat berangkat?”, jawab Wasanta.
“Oh bagus kalau sudah
siap, aku sudah tidak sabar berangkat, ayo Wasanta kita berangkat sekarang
saja”, tukas Panji Seputro
Setelah persiapan
singkat Panji Seputro ditemani pengawal Wasanta menarik kekang kuda berangkat
ke wilayah utara Jawa.
###
Kepel
yang tinggal hidup sendiri di dalam hutan tidak lagi menempati gubuk tempatnya
berteduh dulu. Hari demi hari hanya duduk menunggui makam ayah dan ibunya
sambil terus menangis.
“Gusti,
aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini, mengapa tidak Kau ambil
juga nyawaku agar aku bisa bersama ayah dan ibuku lagi”, ratap Kepel pada Tuhan
Yang Maha Agung.
Setelah
berhari-hari duduk di depan makam ayahnya sambil memandangi pohon Beringin di
depannya, Kepel akhirnya memutuskan untuk mengikat dirinya di dahan pohon
Beringin tersebut.
Dalam
benak Kepel buat apa juga dia pergi dari tempat ini, di sini ada ayah dan
ibunya jadi dia bisa bersama dengan ayah dan ibunya sepanjang waktu. Hari
berganti hari Kepel yang terikat di dahan pohon terus menangis tanpa makan dan
minum. Sesekali terdengar Kepel bernyanyi memanggil ibunya.
Yung Biyung, Biyung Biyung
Nyuwun sega wadahe tuwung
Nyuwun bojo sing diiring payung4
Suaranya
menggema seantero hutan rimba, sungguh menyayat hati. Karena berhari-hari
menangis tanpa makan dan minum tubuh Kepel menjadi kurus kering dan sulit
dibedakan dengan dahan pohon.
###
Sementara
itu Panji Seputro dan Wasanta sudah tiba di hutan tempat tujuan mereka, setiba
di hutan mereka beristirahat sejenak melepas lelah. Esoknya mereka mulai
merambah hutan mencari hewan buruan. Menurut kabar burung di hutan ini banyak
sekali binatang buruan. Panji Seputro sudah lama menginginkan berburu di hutan
ini, namun baru kali ini bisa
terwujud.
“Wasanta,
menurutmu kita harus mulai dari mana perburuan kali ini?”, tanya Panji Seputro.
“Sebaiknya
kita putari dulu bagian luar hutan ini baru nanti merambah hutan sebelah dalam,
Kanjeng”, jawab Wasanta.
“Baiklah,
ayo jalan”, tukas Panji Seputro.
###
Cerita ini belum tamat lo temans ada part selanjutnya yang bisa dibaca di sini.
Selamat menikmati dongeng saya kali ini, semoga teman-teman suka. Dan jangan lupa krisannya saya tunggu ya...
Belum selesai ya?
ReplyDeleteBelum, tunggu besok y
DeleteKepanjangan kalau jadi 1 so dipisah deh
Menanti lanjutannya. .
ReplyDeleteAku belum pernah baca versi aslinya😅.
ReplyDeleteIni terinspirasi dari 2 dongeng kak
ReplyDeleteAnde ande lumut dan keong mas
Tapi aku ubah semua,
Bersambung😍
ReplyDeleteLanjuutt ..
ReplyDelete